Pelajaran Nahwu 5: Isim-isim yang marfu’ (مرفوع), manshub (منصوب), dan majrur (مجرور)
Definisi marfu’, manshub, dan majrur
Isim-isim yang marfu’ ialah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ ialah marfu’aat
Isim-isim yang manshub ialah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub ialah manshubaat.
Isim-isim yang majrur ialah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur ialah majruroot.
Misal
Pada kalimat تـَعَـلـَّمَ أَحمَدُ اللغةَ العربيةَ في المسجدِ (ta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata fil masjidi ) = Ahmad mencar ilmu bahasa arab di masjid.
Kata أَحمَدُ ber-I’rob rofa’ lantaran sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir katanya). Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata أَحمَدُ tersebut dikatakan marfu’. Isim menjadi marfu’ dalam 6 keadaan, diantaranya ialah keadaan sebagai subjek (fa’il).
Kata اللغةَ ber-I’rob nashob lantaran sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena ber-I’rob nashob, maka kata kata اللغةَ tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan, diantaranya ialah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).
Kata المسجدِ ber-I’rob jar lantaran dilampaui karakter jar (yaitu في) dengan tanda kasroh. Karena ber-I’rob jar, maka kata kata المسجدِ tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2 keadaan, diantaranya “dilampaui karakter jar”.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, manshub, atau majrur
Isim-isim yang marfu’
Suatu isim menjadi marfu’ dalam 7 keadaan:
- Mubtada’ (المبتدأ)
Yaitu isim marfu’ yang terletak di pertama kalimat.
Misal : الكتابُ جديدٌ (Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru
Kata الكتاب (= buku) ialah mubtada’, lantaran terletak di pertama kalimat. - Khobar Mubtada’ (الخبر)
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’.
Pada kalimat الكتابُ جديدٌ di atas, kata جديدٌ (= baru) ialah khobar, lantaran menyempurnakan makna mubtada’ - Isim kaana ( اسم كان) dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.
Misal : كان الكتابُ جديدًا (Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/lampau) Buku itu baru.
Kata الكتابُ (= buku) ialah isim kaana, lantaran kata tersebut pertamanya mubtada’, sehabis dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”. - Khobar Inna (خبر إنّ) dan saudara-saudaranya
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.
Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata جديدٌ (= baru) ialah khobar inna, lantaran karena kata tersebut pertamanya khobar mubtada’, sehabis dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar inna” - Fa’il (الفاعل)
Yaitu isim marfu’ yang terletak sehabis fi’il lil ma’lum (sesudah kata kerja aktif) dan mengatakan pada orang atau sesuatu yang melaksanakan perbuatan atau yang mensifati perbuatan tersebut. melaluiataubersamaini kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu sudah membaca surat.
Kata الطالبُ (= siswa) ialah fa’il, lantaran terletak sehabis kata kerja aktif (yaitu membaca), dan yang orang yang melaksanakan perbuatan (yang membaca ialah siswa), jadi siswa itu sebagai subjek. - Naibul Fa’il (نائب الفاعل)
Yaitu isim marfu’ yang terletak sehabis fi’il mabni lil majhul (sesudah kata kerja pasif) dan menempati kedudukan fa’il sehabis dihapusnya fa’il tersebut.
Misal : قـُرِأتْ الرسالةُ (Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu sudah dibaca.
Kata الرسالةُ (= surat) ialah naibul fa’il, lantaran terletak sehabis kata kerja pasif (yaitu dibaca)
Isim-isim yang manshub
Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:
- Khobar Kaana (خبر كان)
Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.
Misal : كان الكتابُ جديدًا ( Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/lampau) Buku itu baru.
Kata جديدًا (= baru) ialah khobar kaana, lantaran kata tersebut pertamanya khobar mubtada’, sehabis dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi “khobar kaana”. - Isim Inna (اسم إن)
Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.
Misal : إنَّ الكتابَ جديدٌ (inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.
Kata الكتابَ (= buku) ialah isim inna, lantaran karena kata tersebut pertamanya mubtada’, sehabis dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna” - Maf’ul Bih (المفعول به)
Yaitu isim manshub yang mengatakan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu perbuatan. melaluiataubersamaini kata lain, maf’ul bih = objek.
Misal : قـَرأ الطالبُ رسالةً (Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu sudah membaca surat.
Kata رسالةً (= surat) ialah maf’ul bih, lantaran yang dibaca ialah surat, jadi surat itu sebagai objek (maf’ul bih). - Maf’ul Muthlaq ( المفعول المطلق)
Yaitu isim manshub yang ialah isim mashdar yang disebutkan untuk menekankan perbuatan, atau membuktikan jenis atau bilangannya.
Misal : حفظتُ الدرسَ حـِفظاً (hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal pelajaran.
Kata حـِفظاً (penghafalan) ialah maf’ul muthlaq, lantaran ialah isim masdar yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar menghafal” - Maf’ul Li ajlih ( المفعول لأجله)
Yaitu isim manshub yang disebutkan sehabis fi’il untuk membuktikan lantaran terjadinya perbuatan (ialah jawabanan dari “mengapa” perbuatan itu terjadi)
Misal : حَضَرَ عليُّ إكراماً لِمحمدٍ (hadhoro ‘Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir lantaran memuliakan Muhammad.
Kata إكراماً (penghormatan) ialah maf’ul liajlih, lantaran membuktikan lantaran Ali hadir, yaitu lantaran memuliakan ( إكراماً) Muhammad. - Maf’ul Ma’ah ( المفعول معه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan sehabis wawu yang maknanya bersama untuk mengatakan kebersamaan.
Misal : استيقظتُ و تغريدَ الطيور (istaiqozhtu wa tagriida at-Thuyuuri) = Saya berdiri bersamaan dengan kicauan burung-burung.
Kata تغريدَ (=kicauan) ialah maf’ul ma’ah, lantaran dilampaui oleh karakter wawu ma’iyah, yang bermakna kebersamaan. - Maf’ul Fih ( المفعول فيه)
Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk membuktikan zaman (waktu) atau daerah terjadinya suatu perbuatan (ialah jawabanan dari “kapan” atau “dimana” perbuatan tersebut terjadi).
Misal : سافرتْ الطائرةُ ليلا (saafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara di malam hari.
Kata ليلا (= malam hari) ialah maf’ul fih, lantaran membuktikan zaman (waktu). - Haal (الحال)
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang membuktikan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih saat terjadinya suatu perbuatan (ialah jawabanan dari “bagaimana” terjadinya perbuatan tersebut)
Misal : جاء الولد باكيا (jaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu hadir dalam keadaan menangis.
Kata باكيا (=menangis) ialah haal, lantaran membuktikan keadaan subjek. - Mustatsna (المستثنى)
Yaitu isim manshub yang terletak sehabis salah satu diantara alat-alat istitsna untuk menyelisihi hokum sebelumnya. melaluiataubersamaini kata lain, mustatsna = pengecualian.
Misal : حَضَرَ الطلابُ إلا زيداً (hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali Zaid
Kata زيداً (= Zaid) ialah mustatsna, lantaran dilampaui oleh إلا (=kecuali) yang ialah alat istitsna. - Munada’ (المنادى)
Yaitu isim yang terletak sehabis salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).
Misal : يا رجلا (yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!
Kata رجلا (= seorang lelaki) ialah munada’, lantaran dilampaui oleh يا (= wahai) yang ialah salah satu alat nida’. - Tamyiiz (التمييز)
Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk membuktikan maksud dari kalimat sebelumnya yang rancu.
Misal : اشتريتُ عشرين كتابا (Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh buku.
Kata كتابا (= buku) ialah tamyiiz, lantaran buku tersebut membuktikan ”dua puluh”, jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua puluh”.
Isim-isim yang majrur
Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:
- Di lampaui oleh karakter jar (سبقه حرف جر)
Misal : خرجتُ من المنزلِ (khorojtu minal manzili) = Saya keluar dari rumah.
Kata المنزلِ (= rumah) ialah isim majrur, lantaran dilampaui oleh مِن (min = dari) yang ialah karakter jar. - Mudhof Ilaih (مضاف إليه)
Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.
Misal : اشتريتُ خاَتِمَ حديدٍ (Isytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.
Kata حديدٍ (= besi) ialah mudhof ilaih, lantaran disandarkan kepada خاَتِمَ (= cincin) yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.
Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang sanggup menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, bila kata sebelumnya marfu’ maka isim tersebut menjadi marfu’, bila manshub maka manshub, dan bila majrur maka majrur. Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ (تابع).
Misal :
جاء رجلٌ كريمٌ (jaa-a rojulun kariimun) = Telah hadir seorang lelaki yang mulia
رأئتُ رجلاً كريماً (ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia
مررُ برجلِ كريمٍ (marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.
Perhatikan setiap kata كريم (kariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata sebelumnya.
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' lantaran sebelumnya (yaitu رجلٌ ) ber-i'rob rofa'.
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' lantaran sebelumnya (yaitu رجلاً) ber-i'rob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar lantaran sebelumnya (yaitu رجلِ ) ber-i'rob jar.
Taabi’ (تابع) ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at (النعت), athof (العطف), taukid (التوكيد), dan badal (البدل).
Pada tiga teladan kalimat di atas, termasuk jenis na'at.
Semua keadaan-keadaan di atas akan dijelaskan secara detail pada peluang menhadir, insyaAllah.
(selesai)
Pertanyaan:
- Apa yang dimaksud dengan I’rob rofa’, nashob, dan jar, serta sebutkan tanda-tandanya bagi setiap jenis isim (lihat pelajaran sebelumnya)
- Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’?
- Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi manshub?
- Apa saja keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi majrur?
- Sebutkan teladan kalimat yang tidak sama untuk masing-masing keadaan di atas (semampunya)
Link-link sebelumnya (secara berurutan):
Tag :
Belajar Nahwu
0 Komentar untuk "Pengertian Marfu', Mansub Dan Majrur"