“Satu Perjuangan, Berbeda Jalan dalam Mewujudkan Islam Indonesia”
Nahdlotul Ulama’ sebagai organisasi terbesar di Indonesia –bahkan dunia- menjadi begitu erat kaitannya dengan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mulai dari pra kemerdekaan hingga masa reformasi NU tidak pernah bolos ikut serta dalam pembangunan Indonesia. Terlebih dalam mengpertama keutuhan NKRI melalui penyemaian nilai-nilai Islam yang rohmatal lil a’lamin di bumi pluralistik. melaluiataubersamaini banyak sekali tubuh otonom yang dimiliki di banyak sekali lini, mulai dari pelajar, cowok dan pemudi, ibu-ibu, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya hadir sebagai benteng yang kokoh di negeri ini.
Tentu kita tahu dua adagium yang berbunyi شبان اليوم رجال الغد dan همة الرجال تهدم الجبال, dua adagium ini menggambarkan begitu pentingnya kiprah cowok dalam membangun peradaban sebuah bangsa dan negara. Pemuda -dalam hal ini mahasiswa- mempunyai tanggung tanggapan besar bagi negeri ini. Apalagi dalam rangka menjaga keutuhan NKRI dari gerusan radikalisme agama, kampus yang juga menjadi kawasan pertarungan ideologi harus menjadi garda terdepan dalam mempertahankan Islam Indonesia, Islam yang damai, Islam yang rahmatal lil a’lamin.
Ini yang masih menjadi pekerjaan rumah Nahdlotul Ulama’ di wilayah kampus. Meskipun sudah ada semacam kekuatan kultural di dalam kampus-kampus berbasis Islam , di ranah basis perlu tenaga yang lebih ekstra dalam melaksanakan “misi” ini. Disinilah terlihat begitu terperinci kiprah PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) di level kampus.
PMII dalam sejarahnya sangat bersahabat dengan NU. Meskipun PMII lahir dari rahim NU hingga pada kesannya memisahkan serta memplokamirkan independensinya, namun secara ideologis, kultur, serta tradisi PMII berjalan searah dengan NU.
Sudah 55 tahun PMII merangakak, berdiri, berjalan dengan begitu tegak, mengpertama keberlangsungan proses politik dan sosial di Indonesia. Menjaga keutuhan NKRI menyerupai apa yang dilakukan NU sudah menjadi ruh serta nafas usaha PMII. Munculnya gosip radikalisme agama akhir-akhir ini bukanlah hal yang gres lagi bagi organisasi menyerupai PMII dan NU.
Minimal, bila NU bersinggungan eksklusif dengan masyarakat dalam melaksanakan perjuangannya, maka PMII menjadi perisai yang benar-benar menghadang laju gerakan-gerakan radikal yang berkembang biak di kampus. Semua ini spesialuntuk untuk menjaga keutuhan NKRI dan meniupkan ruh Islam yang rahmatal lil alamin di seluruh pelosok negara Indonesia yang nantinya menjadi basis serta pondasi dalam melaksanakan proses berbangsa dan bernegara.
Wacana kembalinya PMII ke NU ialah salah satu upaya yang masuk akal dilakukan alasannya yaitu untuk mensinergikan sebuah gerakan secara kolektif. Tapi kembalinya PMII ke NU juga bisa mengakibatkan sebuah pembatas bagi kedewasaan, pengembangan, serta perkembangan PMII sendiri. Karena di dalam tubuh NU sendiri sudah banyak tubuh otonom yang juga sedang mengalami proses pengembangan.
Independensi PMII justru semakin menyemai gerakan-gerakan Islam yang inklusif terutama di kalangan masyarakat kampus. Menjaga stabilitas politik keagamaan kampus dan mengpertama kebijakan-kebijakan pemerintah yaitu kiprah dan usaha PMII. Oleh alasannya yaitu itu, tanpa harus kembali NU, PMII dan NU seharusnya bisa secara diberienteng melaksanakan amanat usaha bangsa, terutama dalam bidang sosial-keagamaan guna mewujudkan Islam Indonesia, Islam yang menjadi rahmat bagi tiruana umat manusia.
--------------
----------------------
Tag :
Nahdhotul Ulama'

0 Komentar untuk "Artikel Harlah Pmii (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Pembela Bangsa Dan Penegak Agama"